Lumajang - Di tengah situasi darurat pasca erupsi Gunung Semeru, upaya trauma healing bagi warga terdampak mulai menjadi perhatian utama. Tidak hanya fokus pada penanganan fisik dan kebutuhan logistik, TNI bersama pemerintah daerah dan seluruh unsur terkait terus memperkuat pendampingan psikososial demi memulihkan ketenangan batin masyarakat yang mengalami guncangan akibat bencana, Sabtu (22/11/2025).
Peninjauan lapangan diawali di SDN 04 Supiturang, salah satu pusat pengungsian terbesar di wilayah Pronojiwo. Di tempat inilah banyak warga terutama anak-anak masih menunjukkan tanda-tanda stres dan ketakutan setelah menyaksikan langsung dampak erupsi. TNI bersama tenaga kesehatan memberikan ruang aman bagi mereka: mengajak bermain, berdialog ringan, hingga menemani para lansia yang masih diliputi kecemasan.
Selain memastikan kebutuhan fisik seperti layanan kesehatan, logistik harian, dan perlindungan kelompok rentan, personel lapangan juga menjaga suasana lingkungan pengungsian agar tetap kondusif. Jalur keluar–masuk pengungsi ditata ulang guna memberikan rasa aman, sekaligus meminimalisir tekanan mental akibat kerumunan dan situasi tidak menentu.
Sebagai bentuk kepedulian, sebanyak 19 item bantuan kemanusiaan disalurkan, termasuk selimut hangat, perlengkapan balita, pakaian anak, dan sembako. Bantuan tersebut bukan hanya memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga memberi rasa nyaman serta kepastian bagi para pengungsi yang masih beradaptasi dengan kondisi darurat.
Oleh karena itu, asesmen dilakukan dengan pendekatan empati mendengar cerita, memberi ruang ekspresi, serta memastikan langkah penanganan pasca-bencana dapat membantu memulihkan rasa aman mereka.
“TNI akan selalu hadir untuk rakyat, terutama dalam kondisi darurat seperti ini. Sejak erupsi terjadi, kami langsung bergerak membantu evakuasi, pengamanan jalur, dan memastikan bantuan sampai ke masyarakat,” ujar Serka Hariyanto dengan nada menenangkan, sembari menambahkan bahwa dukungan moral dan psikologis sama pentingnya dengan bantuan fisik.
TNI menegaskan bahwa penanganan bencana harus dilakukan dengan cepat, terukur, dan penuh empati. Keselamatan warga, kelancaran distribusi bantuan, serta stabilitas wilayah tetap menjadi prioritas, namun aspek psikologis warga tidak kalah penting. Prajurit di lapangan diimbau untuk terus menjaga pendekatan humanis dalam setiap interaksi dengan masyarakat.
Sinergi antar lembaga BPBD, Polri, pemerintah daerah, relawan, hingga tokoh masyarakat menjadi pilar utama pemulihan jangka panjang. Melalui kerja bersama, proses trauma healing diharapkan berjalan lebih efektif sehingga warga dapat kembali bangkit menghadapi kehidupan sehari-hari.
Dengan kolaborasi yang solid dan upaya yang terkoordinasi, penanggulangan dampak erupsi Semeru bukan hanya memastikan keselamatan fisik warga, tetapi juga memulihkan ketenangan batin mereka. Harapannya, masyarakat Lumajang dapat segera pulih, kuat kembali, dan menatap masa depan dengan optimisme baru. (Pendim0821)
