LINTAS BATAS PAPUA - Organisasi Papua Merdeka (OPM), baru-baru ini menyebut bahwa mereka diserang oleh TNI menggunakan rudal. Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Kapendam XVII Cendrawasih, Kolonel Infanteri Muhammad Aidi. TNI menggunakan mortil, bukan rudal.
Ia mengatakan, TNI sengaja menggunakan mortil sebagai suatu taktik untuk mengusir Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TNPPB) alias OPM agar meninggalkan area desa yang disandera, agar TNI bisa masuk ke area desa untuk menyelamatkan warga.
“Seperti yang Pangdam katakan, kami menggunakan mortir untuk menakuti TNP OPM. Bukan rudal,” ungkap Aidi seperti dikutip dari laman detik.com. Selasa (21/11/2017).
Ia menjelaskan, iru merupakan bagian dari strategi, agar bisa menyelamatkan warga yang disandera.
“Itu taktik kami supaya mereka kocar kacir, lari. Saat itu pasukan kami punya kesempatan masuk ke Desa Kimbely,” ujarnya.
Mortir adalah senjata artileri yang menembakkan peluru dengan kecepatan yang rendah, jarak yang jangkauan dekat. Mortir memiliki daya hentam yang lebih lemah ketimbang artileri berat seperti meriam atau rudal.
Aidil juga mengungkapkan, ada dua jasad terduga kelompok TNPPB/OPM yang ditemukan di hutan. Keduanya mengalami luka tembak di perut. “Ada luka tembak di perut,” sambungnya.
Sekali lagi, TNI-Polri juga membantah tuduhan TNPPB/OPM, bahwa ada warga yang terluka akibat serangan yang dilakukan TNI-Polri. TNI-Polri telah mengevakuasi para warga korban sandera TNPPB/OPM dengan kondisi selamat.
“Dia bicara ada warga yang terluka tapi faktanya tidak ada satu pun dari kurang lebih 1.300 warga yang terluka saat operasi penyelamatan,” katanya.
(Admin/Detik.com)