
Cerita selanjutnya adalah Untung mendapati dirinya dijual kepada perwira VOC lain yang berlokasi di Batavia. Hidup tak mudah bagi Untung karena ia harus menikmati dinginnya dinding penjara. Saat baru menginjak usia yang ke-20 tahun, ia kedapatan tanpa ijin menikahi putri dari Moor, perwira VOC yang telah merawatnya selama ini. Namun di dalam tahanan ia tidak tinggal diam. Ia berusaha supaya bisa lolos dari sana, dan ternyata usahanya tersebut membuahkan hasil.
Ia bisa kabur setelah berkoordinasi dengan tahanan lain. Setelah berhasil kabur, praktis ia langsung menjadi buronan. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1683, VOC mampu menundukkan Sultan Ageng Tirtayasa yang saat itu menjabat sebagai Raja Banten. Kekalahan itu akhirnya memaksa sang putra Pangeran Purbaya untuk mengungsi. Ia berhasil kabur dengan susah payah dan akhirnya sampai di Gunung Gede. Namun ia berubah pikiran dan mau menyerahkan diri. Hanya saja ia menetapkan satu syarat, yaitu dijemput oleh anggota VOC namun yang berasal dari orang pribumi.

Pada Februari 1686, ia ditangkap oleh Kapten François Tack yang merupakan utusan VOC. Penangkapan tersebut tidak berakhir tanpa perlawanan. Kedua kubu bertempur dan bermuara pada meninggalnya 75 anggota VOC. Bahkan sang Kapten Tack juga berhasil ditaklukkan Untung. Pada tahun 1706 tepatnya bulan Desember, VOC kembali melakukan perlawanan di bawah Komando Mayor Goovert Knole. Sayangnya perang ini menjadi akhir kisah hidup Untung Suropati. Ia meninggal pada Oktober 1706.
(source:http://www.biografipahlawan.com/2016/06/biografi-untung-surapati.html)
Referensi:
Abdul Muis. 1999. Surapati. cet. 11. Jakarta: Balai Pustaka
Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press